Minggu, 17 Agustus 2014

Dilema demi dilema menghantui lagi

Jam 7:57pm, ahad 17 agustus 2014 aku terpekur sendiri di depan kliniK UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA sambil menulis blog yang sederhana ini.
  SBMPTN 2014 telah berlalu namun perasaanku masih belum puas karena aku belum lolos pada SBMPTN ini, tentu pada tanggal 16 juli 2014, aku melihat pengumuman di internet, dengan harap-harap cemas aku memasukkan nomer ujian dan pin yang telah aku terima dari bank ternyata setelah melihatnya sungguh hatiku sangat tertusuk sekali, bagaimana tidak penantian yang aku tunggu selama 1 tahun untuk bisa lolos ke universitas favorit hangus sudah, aku berusaha memutar otak untuk mencari pendaftaran baru, setelah beberapa menit akhirnya aku tertuju pada seleksi mandiri uny yang masih dibuka pendaftarannya, aku mendapat angin segar, secepat kilat aku beraksi menuju ke bank mandiri cabangb pare untuk melakukan pembayaran.
  Pembayaran pun selesai, petugas bank memberiku note sebagai bukti pendaftaran seleksi mandiri uny 2014, hatiku sangat gembira, karena mendapat kesempatan lagi, tinggal menunggu tes tulis yang akan diadakan pada tanggal 10 agustus 2014, rasa harap-harap cemaspun belum brrhenti sampai disitu tinggal aku memlersiapkan mental dan pikiran untuk menghadapi ujian tersebut agar tidak gagal untuk kedua kalinya.
  Tanggal 10 agustus akhirnya pun tiba aku sudah toba di yogyakarta umtuk mengikuti seleksi mandiri, aku mengikutinya dengan khusuk dan penuh harap, oo ya jauh-jauh hari sebelum ujian dilaksanakan aku melakukan beberapa hal yaitu: berdo'a, puasa sunat senin-kamis, sholat sunat hajat, dan tentunya belajar yang giat.
  Tanggal 15 agustus 2014 dengan rasa yang cemas pula, aku online untuk melihat prngumuman, dengan perasaan gemetar dan takut, aku memberanikan diri sambil membaca sholawat nabi 3×.
  Ternyata setelah memasukkan nomer ujian lalu klik tombol proses, aku melihat dengan sungguh-sungguh yang muncul di layar adalah, mohon maaf, anda tidak lolos seleksi mandiri, alangkah kecewanya aku, perasaan pesimis mulai muncul dibenakku, masa depanku suram, setelah berpikir jauh jauh, aku dihadapkan dengan situasi yang sulit yaitu, antara melanjutkan studi UIN sunan kalijaga atau cuti sementara dan mengambil kursus di Pare. Tidak lama kemudian aku menelpon bapakku untuk meminta pengarahannya mengenai pemikiranku tersebut, sambil suara yang bergemuruh aku menyampaikan kegundahanku padanya, namun, keinginanku ditolak untuk pergi ke pare, beliau menyuruhku untuk melanjutkan studi di UIN, dengan perasaan berat hati saya menuruti permintaannya walaupun dalam hatiku masih galu berat,  setelah becengkrama beberapa menit, kami pun menemukan titik temu, yaitu melanjutkan studi di UIN lalu mengikuti sbmptn di tahun 2015 dengan rencan double degree.
  Percakapan kami pun berakhir dengan rasa sedih pada malam itu jumat, 15 agustus 2014.